HOME SMT I SMT II SMT III SMT IV SMT V SMT VI SMT VII SMT VIII

Kamis, 10 Desember 2009

KOMUNIKASI MASSA

I. Hubungan Komunikasi Massa Dengan Komunikasi Interpersonal
Th. 1966, Elihu Katz dan Paul Lazarfeld mempublikasikan Personal Influence, yang menejelaskan hubungan antara komunikasi massa dan komunikasi interpersonal. Mereka menggambarkan komunikasi interpersonal sebagai variabel intervening (perantara) antara media massa dan perubahan perilaku.
Hubungan lain antara komunikasi massa dan komunikasi interpersonal dapat dilihat pada pemikiran Everett Rogers dalam Difussion of Innovations (1962). Rogers menjelaskan antara peran ang saling melengkapi antara saluran media massa dan komunikasi interpersonal ketika seseorang memutuskan untuk menerima atau menolak inovasi.
Hubungan ketiga antara komunikasi massa dengan komunikasi interpersonal dapat dilihat pada efek sosialisasi dari media massa. Media massa adalah salah satu sumber tempat orang belajar tentang masyarakat sekitarnya. Dalam hal ini media massa mempengaruhi cara orang berhubungan satu sama lain dalam tingkat interpersonal.

II. Pengaruh Media Pada Individu
Sudah dipahami bersama bahwa media memang berpengaruh terhadap individu, yang menjadi permasalahannya adalah seberapa besar dan kuatkah pengaruh media pada individu? Benarkah bahwa media demikian kuatnya berpengaruh pada individu?
Banyak kasus yang menunjukkan bahwa media berpengaruh besar terhadap individu misalnya kasus perkosaan yang dimuat di media massa merangsang orang yang menontonnya untuk juga melakukan kejahatan yang sama. Kasus cerita-cerita di film yang memberikan inspirasi pada penontonnya untuk meniru apa yang mereka lihat di film tersebut, dan masih banyak kasus lain yang menimbulkan kekhawatiran banyak pihak tentang bahaya media massa.
Konsep atau pandangan yang demikian tentang media mendominasi dunia komunikasi selama beberapa dekade sampai kemudian muncul penelitian baru yang memberikan beberapa catatan khusus tentang keampuhan media.
Penelitian tersebut menemukan bahwa media tidak berpengaruh secara merata kepada semua orang. Ada yang terpengaruh dengan kuat ada yang tidak terpengaruh. Studi yang dilakukan oleh Hadley Cantril dari Universitas Princeton ini menyimpulkan bahwa daya kritis (critical ability) merupakan variabel paling signifikan berkaitan dengan respons individu terhadap siaran media (radio). Daya kritis didefinisikan secara umum sebagai kapasitas untuk mengambil keputusan intelegensi.
Temuan Cantril ini dengan demikian maju satu langkah dari teori peluru yang berkembang sebelumnya. Studi Cantril menunjukkan bahwa pengaruh itu berbeda, bergantung pada daya kritis dan tingkat pendidikan si anggota khalayak.

III. Efek Media Massa
Buku The effect of Mass Communications karya Joseph Klapper (1960) menunjukkan bahwa faktor-faktor sosial dan psikologis “memperantarai” efek langsung media massa. Serangkaian faktor perantara itu adalah proses selektif, proses kelompok, norma kelompok dan opinion leader.
Sementara itu McQuail merangkum penelitian yang ada tentang efek sebagia berikut:
1. Bila efek terjadi, maka efek itu sering berbentuk peneguhan dari sikap dan pendapat yang ada
2. Efek itu berbeda-beda tergantung pada prestise atau penilaian terhadap sumber komunikasi
3. Makin sempurna monopoli komunikasi massa, makin besar kemungkinan perubahan pendapat dapat ditimbulkan pada arah yang dikehendaki
4. Sejauh mana suatu persoalan dianggap penting oleh khalayak akan mempengaruhi kemungkinan pengaruh media massa
5. Pemilihan dan penafsiran isi oleh khalayak dipengaruhi oleh pendapat, kepentingan yang ada serta norma kelompok
6. Struktur hubungan interpersonal pada khalayak mengantarai arus isi komunikasi, membatasi dan menentukan efek yang terjadi.

KOMUNIKASI KELOMPOK

I. Klasifikasi Kelompok
A. Kelompok Primer dan Kelompok sekunder
Dalam waktu yang bersamaan mungkin saja seseorang terlibat dalam lebih dari satu kelompok. Diantara kelompok tersebut ada yang hubungannya lebih akrab, lebioh pribadi dan lebih menyentuh hati. Maka itulah yang disebut sebagai kelompok primer. Sedangkan kelompok sekunder adalah kebalikannya, dimana dalam kelompok ini hubungan satu sama lain tidak akrab, impersonal dan tidak menyentuh hati.
Perbedaan kedua kelompok ini bisa dilihat dari kualitas komunikasinya, yaitu:
1. Kualitas komunikasi pada kelompok primer lebih dalam dan luas, sedangkan dalam kelompok sekunder lebih dangkal dan sempit. Dalam artinya lebih bisa menembus wilayah pribadi dan luas lebih bisa mengatasi hambatan-hambatan komunikasi yang ada
2. Komunikasi pada kelompok primer bersifat pribadi, unik dan tidak dapat dipindahkan. Sedang pada kelompok sekunder, komunikasi berjalan secara impersonal
3. Komunikasi pada kelompok primer lebih menekankan aspek hubungan daripada aspek isi.
4. Pada kelompok primer, komunikasi bersifat ekspresif dan informal. Sedangkankan komunikasi sekunder lebih bersifat instrumental dan formal

B. Ingroup dan Outgroup
Ingroup merupakan kelompok dalam dan outgroup adalah kelompok luar. Ingroup dapat berupa kelompok primer maupun sekunder. Kelompok dalam adalah satuan sosial dimana individu menjadi bagain di dalamnya. Sedangkan kelompok luar adalah sebaliknya.

C. Kelompok Keanggotaan dan Kelompok Rujukan
Kelompok rujukan merupakan kelompok yang digunakan sebagai alat ukur (standard) untuk menilai diri sendiri atau untuk membentuk sikap. Sedangkan kelompok keanggotaan adalah kelompok yang terikat dengan kita secara nominal.

D. Kelompok Deskriptif dan Kelompok Preskriptif
Kelompok deskripstif dilihat melalui proses pembentukan alamiah dari kelompok yang bersangkutan. Sedangkan kelompok yang masuk kategori preskriptif dilihat berdasarkan langkah-langkah rasional yang harus dilewati oleh anggota kelompok untuk mencapai tujuannya.
Berikut adalah kelompok-kelompok yang masuk kategori deskriptif:
1. Kelompok sepintas
2. Kelompok katarsis
3. Kelompok belajar
4. Kelompok pembuat kebijaksaan
5. Kelompok aksi
6. Kelompok pertemuan
7. Kelompok penyadar
Sedangkan kelompok-kelompok yang masuk kategori preskriptif adalah:
1. Diskusi meja bundar
2. Simposium
3. Diskusi panel
4. Forum
5. Kolokium
6. Prosedur parlementer

II. Pengaruh kelompok pada Perilaku Komunikasi
Kelompok berpengaruh dalam tiga hal:
1. Konformitas adalah perubahan perilaku atau kepercayaan menuju (norma) kelompok sebagai akibat tekanan kelompok; yang nyata atau yang dibayangkan. Faktor-faktor yang mempengaruhi konformitas merupakan interaksi antara faktor personal dan situasional. Yang termasuk faktor personal: Usia, jenis kelamin,stabilitas emosional,otoritarianisme,kecerdasan dan motivasi. Sedangkan faktor situasional antara lain kejelasan situasi, konteks situasi, cara menyampaikan penilaian, karakteristik sumber pengaruh, ukuran kelompok dan tingkat kesepakatan kelompok.
2. Fasilitasi Sosial adalah kondisi prestasi individu yang meningkat karena disaksikan kelompok. Fasilitasi menunjukkan kelancaran atau peningkatan kualitas kerja karena ditonton kelompok.
3. Polarisasi. Ada kecenderungan orang justru membuat keputusa lebih berani ketika mereka ada dalam kelompok. Gejala ini disebut sebagai ‘geseran resiko”, lebih tepat lagi jika gejala ini merujuk pada gejala yang lebih umum yaitu geseran menuju polarisasi, yaitu kecenderungan ke arah posisi yang ekstrim.

HUBUNGAN INTERPERSONAL

Deskripsi
Komunikasi yang efektif diatandai dengan hubungan interpersonal yang baik. Ketika kita berkomunikasi, kita bukan sekedar menyampaikan isi pesan, tetapi kita juga menentukan kadar hubungan interpersonalnya. Jadi ketika kita berkomunikasi kita tidak hanya menentukan content melainkan juga menentukan relationship.
Dari segi psikologi komunikasi, kita dapat menyatakan bahwa makin baik hubungan interpersonal, makin terbuka orang untuk mengungkapkan dirinya; makin cermat persepsinya tentant orang lain dan persepsi dirinya;sehingga makin efektif komunikasi yang berlangsung diantara komunikan.
I. Jenis Hubungan Interpersonal
Hubungan interpersonal dapat diklasifikasikan berdasarkan faktor-faktor berikut:
1. Berdasarkan jumlah individu yang terlibat:
 Hubungan diad
Merupakan hubungan atara dua individu. Kebanyakan hubungan kita dengan orang lain bersifat diadik. William Wilmot mengemukakan beberapa ciri khas hubungan diad:
a. Setiap hubungan diad memiliki tujuan khusus
b. Individu dalam hubungan diad menampilkan wajah yang berbeda dengan ‘wajah’ yang ditampilkannya dalam hubungan diad yang lain.
c. Pada hubungan diad berkembang pola komunikasi (termasuk pola berbahasa) yang unik/khas yang akan membedakan hubungan tersebut dengan hubungan diad yang lain.
 Hubungan Triad
Merupakan hubungan antara tiga orang. Dibandingkan hubungan diad, hubungan triad:
a. Lebih kompleks
b. Tingkat keintiman/kedekatan anatarindividu lebih rendah, dan
c. Keputusan yang diambil lebih didasarkan voting atau suara terbanyak (dalam hubungan diad, keputusan diambil melalui negosiasi).
2. Berdasarkan tujuan yang ingin dicapai:
 Hubungan Tugas
Merupakan sebuah hubungan yang terbentuk karena tujuan menyelesaikan sesuatu yang tidak dapat dikerjakan oleh individu sendirian. Misalnya hubungan antara pasien dengan dokter, hubungan mahasiswa dalam kelompok untuk mengerjakan tugas, dan lain-lain.
 Hubungan Sosial
Hubungan yang tidak terbentuk dengan tujuan untuk menyelesaikan sesuatu. Hubungan ini terbentuk baik secara personal dan sosial (social relationship). Sebagai contoh adalah hubungan dua sahabat dekat, hubungan dua orang kenalan saat makan siang dan sebagianya.
3. Berdasarkan Jangka waktu:
 Hubungan jangka pendek
Merupakan hubungan yang sementara sifatnya, hanya berlangsung sebentar. Misalnya hubungan antara dua orang yang saling menyapa ketika bertemu di jalan.
 Hubungan Jangka Panjang
Hubungan ini berlangsung dalam waktu yang lama. Semakin lama suatu hubungan semakin banyak investasi yang ditanam didalamnya (misalnya berupa emosi atau perasaaan, materi, waktu, komitmen dan sebagainya) Dan karena investasi yang ditanam itu banyak maka semakin besar usaha kita untuk mempertahankannya.
4. Berdasarkan tingkat kedalaman atau keintiman;
 Hubungan Biasa
Meruapakan hubungan yang sama sekali tidak dalam atau intim. Pola-pola komunikasi yang berkembang sifatnya impersonal atau ritual.
 Hubungan akrab/intim
Bersifat personal dan terbebas dari hal-hal yang ritual. Hubungan ini ditandai dengan penyingkapan diri (self-disclosure). Makin intim suatu hubungan, makin besar kemungkinan terjadinya penyingkapan diri tentang hal-hal yang sifatnya pribadi.
Hubungan intim terkait dengan jangka waktu: keintiman akan tumbuh pada jangka panjang. Karena itu hubungan intim akan cenderung dipertahankan karena investasi yang ditanamkan individu di dalamnya dalam jangka waktu yang lama telah banyak.

II. Perkembangan Hubungan Interpersonal
Apapun bentuk hubungan yang terjadi, dinamika sebuah hubungan interpersonal akan tumbuh, berkembang dan berakhir.
Menurut Ruben, taha -tahap hubungan interpersonal akan meliputi;
1. Inisiasi, merupakan tahap paling awal dari suatu hubungan interpersonal. Pada tahap ini individu memperoleh data mengenai masing-masing melalui petunjuk nonverbal seperti senyuman, jabatan tangan, pandangan sekilas, dan gerakan tubuh tertentu.
2. Eksplorasi. Tahap ini merupakan pengembangan dari tahap inisiasi dan terjdai tidak lama sesudah inisiasi. Disini mulai dijajaki potensi yang ada dari setiap individu serta dipelajari kemungkinan-kemungkinan yang ada dari suatu hubungan.
3. Intensifikasi. Pada tahap ini, individu harus memutuskan—baik secara verbal maupun nonverbal-- apakah hubungan akan dilanjutkan tau tidak.
4. Formalisasi. Dalam perkembangannnya hubungan yang telah berjalan itu perlua diformalkan. Pada tahap ini tiap-tiap individu secar bersama mengembangkan simbol-simbol, pola-pola komunikasi yang disukai, kebiasaan dan lain sebagainnya. Contoh hubungan dua orang berpacaran diformalkan dengan tukar cincin. Hubungan jual beli diformalkan dengan penandatanganan akta jual beli dan sebagainya.
5. Redefinisi. Sejalan dengan waktu individu tidak dapat menghindarkan diri dri perubahan. Perubahan ini mampu menciptakan tekanan terhadap hubungan yang tengah berlangsung. Konsekuensinya adalah individu perlu mendefinisikan kembali hubungan yang sedang dijalankan.
6. Deteriorasi. Kemunduran atau melemahnya suatu hubungan kadang tidak disadari oleh mereka yang terlibat dalam hubungan tersebut. Jika kemunduran yang terjadi itu tidak segera diantisipasi maka bukan tidak mungkin hubungan yang terbentuk itu akan mengalami kehancuram.

Satu hal yang perlu diingat adalah tidak semua hubungan yang terbentuk harus melewati keenam tahapan diatas. Atau bisa saja satu hubungan melewati keenamnya sementara hubungan yang lain hanya melewati tiga dari enam tahapan tersebut.
Mark Knapp mengemukakan pendapatnya tentang tahapan perkembangan sebuah hubungan interpersonal:
1. Inisiasi:tahap awal yang dicirikan dengan sedikit pembicaraan
2. Eksperimen:suatu tahap dimana para individumulai mencari informasi lebih banyak tentang individu lain.
3. Intensifikasi: sama dengan yang dikemukakan Ruben
4. Integrasi: tahap yang menumbuhkan perasaan bersama; individu merasa sebagai satu kesatuan, bukan lagi individu yang berbeda
5. Pertalian atau ikatan:suatu tahap dimana individu secara formal meneguhkan hubungan mereka.

Sementara itu Jalaluddin Rakhmat, meringkas perkembangan hubungan interpersonal itu menjadi tiga tahap saja:
1. Pembentukan hubungan.
Tahap ini sering disebut sebagai tahap perkenalan (acquintance process). Fokus pada tahap ini adalah proses penyampaian dan penerimaan informasi dalam pembentukan hubungan. Informasi yang diperoleh tidak selalu melalui komunikasi verbal melainkan juga melalui komunikasi nonverbal.
2. Peneguhan hubungan
Hubungan interpersonal tidak bersifat statis tetapi selalu berubah. Untuk memelihara dan memperteguh hubungan interpersonal diperlukan tindakan-tindakan tertentu untuk mengembalikan keseimbangan. Ada empat faktor penting untuk memelihara keseimbangan, yaitu keakraban, kontrol,respons yang tepat dan nada emosional yang tepat.
3. Pemutusan hubungan
Suatu hubungan interpersonal yang paling harmonis sekalipun dapat mengalami pemutusan hubungan, mungkin karena kematian, mungkin karena konflik yang tidak terselesaikan dan sebagainya.

III. Pola-pola Relasional
Ketika suatu hubungan terbentuk, berkembang pula pola-pola komunikasi yang merupakan hasil dari aturan yang diterapkan para partisipan.
Ruben menyebutkan ada empat pola relasional:
1. Suportif dan Defensif
Sikap suportif merupakan sikap yang mendukung komunikasi interpersonal; sebaliknya dengan sikap defensif.
2. Tergantung (dependen) dan tidak tergantung (independen)
Hubungan yang beriklim dependen dicirikan jika salah satu individu sangat tergantung pada individu lainnya, misalnya karena dukungan, uang, pekerjaan, kepemimpinan, petunjuk dan sebagianya. Sebaliknya dalam hubungan yang independen, seorang individu secara bebas dapat menyatakan ketidaksepakatan, ketidaksetujuan dan penolakan pada individu lainnya.
3. Progresif dan Regresif.
Hubungan yang progresif adalah hubungan yang ditandai dan menimbulkan kepuasan serta harmoni. Sebaliknya dengan regresif: hubungan tetap berkembang, namun mengarah atau menimbulkan ketidakpuasan dan ketidakharmonisan.
4. Self-fulfilling dan self-defeating prophecies
Pola hubungan yang dipengaruhi oleh harapan dari pihak-pihak yang terlibat. Jika harapan kita terpenuhi dalam hubungan tersebut maka kita akan bersikap positif terhadap hubungan tersebut, sebaliknya jika harapan kita tidak teropenuhi maka kita akan bersikap negatif terhadap hubungan tersebut.

IV Faktor-Faktor yang mempengaruhi pola hubungan interpersonal
Ruben mengemukakan beberapa faktor yang mempengaruhi terbentuknya pola-pola komunikasi interpersonal sebagai berikut:
1. Tingkat hubungan dan konteks
Pola yang berkembang akan berbeda pada tingkat komunikasi yang biasa dengan yang intim. Begitu juga konteks akan menentukan pola komunikasi yang tercipta misal di mall yang ramai atau di taman yang sepi.
2. Kebutuhan interpersonal dan gaya komunikasi
3. Kekuasaan
4. Konflik
Sementara itu Jalaluddin Rakhmat menyebutkan tiga faktor yang mempengaruhi terbentuknya pola komunikasi dalam hubungan interpersonal:
1. Percaya (trust). Percaya menentukan efektivitas komunikasi dan dapat meningkatkan kadar komunikasi interpersonal yang terbentuk.
2. Sikap suportif
3. Sikap terbuka

Selasa, 27 Oktober 2009

ATRAKSI INTERPERSONAL

Atraksi interpersonal adalah kesukaan pada orang lain, sikap positif dan daya tarik seseorang. Makin tertarik kita dengan orang lain maka semakin besar kecenderungan kita untuk berkomunikasi dengan orang lain. Atraksi timbul oleh adanya faktor-faktor baik yang bersifat personal maupun situasional.

Faktor-faktor penyebab timbulnya atraksi
A. Faktor Personal
1. Kesamaan karakteristik personal
Kesamaan karakteristik personal ditandai dengan kesamaan dalam nilai-nilai, sikap, keyakinan, tingkat/status sosisal ekonomi, agama, ideologi, dan lain-lain. Mereka yang memiliki kesamaan dalam hal-hal tadi, cenderung menyukai satu sama lain.
2. Tekanan emosional (stres)
Orang yang berada di bawah tekanan emosional, stres, bingung, cemas dan lain-lain akan menginginkan kehadiran orang lain untuk membantunya, sehingga kecenderungan untuk menyukai orang lain semakin besar.
3. Harga diri yang rendah
Orang yang rendah diri cenderung mudah untuk menyuaki orang lain. Orang yang merasa penampilan dirinya kurang menarik akan mudah menerima persahabatan dari orang lain.
4. Isolasi sosial
Sebagai makhluk sosial, manusia mungkin tahan untuk hidup terasing selama beberapa waktu, namun tidak untuk waktu yang lama. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa tingkat isolasi sosial sangat besar pengaruhnya terhadap kesukaan kita pada orang lain.

B. Faktor-faktor situasional
1. Daya tarik fisik (physical attractiveness)
Beberapa penelitian mengungkapkan bahwa daya tarik fisik seseorang sering menjadi penyebab utama atraksi interpersonal. Mereka yang berpenampilan cantik menarik biasanya lebih mudah mendapat perhatian dan simpati orang.
2. Ganjaran (reward)
Pada umumnya seseorang akan menyukai orang yang memberikan ganjaran pada dirinya. Ganjaran bisa berupa bantuan, dorongan moral, pujian atau hal-hal yang meningkatkan harga diri kita.
3. Familiarity
Seseorang atau hal-hal yang sudah kita kenal dan akrab dengan kita biasanya lebih disukai daripada hal-hal atau orang yang masih asing bagi kita. Contohnya adalah dengan penerapan teknik repetisi dalam iklan agar kita semakin akrab dengan produk yang diiklankan sehingga akhirnya menyukai produk tersebut.
4. Kedekatan (proximity) atau closeness.
Hubungan kita dengan orang lain tergantung seberapa dekat kita dengan orang tersebut. Sebagai contoh, sejumlah kasus menunjukkan bahwa orang lebih menyukai orang lain berdekatan tempat tinggal dengannya.
5. Kemampuan (competence)
Terdapat kecenderungan bahwa seseorang lebih menyukai orang lain yang memiliki kemampuan lebih tinggi atau lebih berhasil dalam kehidupannya daripada dirinya.

TEORI LIKING
Ada empat teori yang menjelaskan mengapa kita menyukai orang lain:
1. Reinforcement Theory
Teori ini menjelaskan bahwa seseorang menyuaki dan tidak menyukai orang lain adalah sebagai hasil belajar (learning). Dalam hal ini ada tiga unsur learning, yaitu asosiatif, instrumental, dan sosial.
 Belajar Asosiatif:
kita menyenangi dan tidak menyenangi seseorang berdasarkan pengalaman kita dan stimuli yang kita asosiasikan dengan hal itu. Kita menyukai orang yang kita asosiasikan denga pengalaman yang menyenangkan.
 Belajar Instrumental:
Kita menyuaki orang yang memberikan iimbalan (reward) pada kita dan tidak menyuaki orang yang memberika hukuman.
 Belajar Sosial:
Kita cenderung lebih menyukai orang-orang yang kita lihat disukai oleh orang lain tau oleh lingkungan sosial dan sebaliknya.

2. Equity theory
Teori ini mengatakan bahwa individu selalu cenderung menjaga keseimbangan antara apa yang mereka berikan dan apa yang mereka dapatkan, atau antara cost dan reward. Jika kita berharap banyak dari suatu hubungan maka kita juga harus menyumbang banyak untuk hubungan tersebut.

3. Exchange theory
Menurut teori ini, interaksi sosial adalah semacam transaksi dagang. Orang berhubungan deng orang lain untuk memenuhi kebutuhannya. Semakin banyak keuntungan yang diperoleh maka hubungan tersebut akan terus dilangsungkan.

4. Gain-loss theory
Kita lebih menyukai orang yang menguntungkan kita daripada yang merugikan bagi kita.

Pengaruh Atraksi Interpersonal pada Komunikasi Interpersonal
Daya tarik seseorang sangat penting bagi komunikasi interpersonal. Jika kita menyukai seeorang maka kita cenderung melihat segala sesuatu dari diri orang tersebut dengan positif sebaliknya jika kita tidak menyuaki seseorang maka kita akan meliaht segala sesuatu dari orang tersebut secara negatif.
Situasi tersebut sangat penting bagi terciptanya komunikasi interpersonal yang efektif, sebab semakin positif sikap kita terhadap lawan bicara kita maka mekin efektif pula kegiatan komunikasi yang kita lakukan dengan orang tersebut.

Tugas:
1. Jelaskan apa yang Anda pahami mengenai atraksi interpersonal, serta factor-faktor apa saja yang mempengaruhinya?
2. Sebutkan dan jelaskan teori-teori yang berhubungan dengan atraksi interpersonal. Gunakan bahasa Anda sendiri, tidak boleh sama dengan apa yang telah ada pada materi.
3. Menurut Anda situasi apa yang akan terjadi dalam komunikasi interpersonal bila tidak ada atraksi interpersonal yang muncul?

Waktu tugas selama satu minggu, sampai ada postingan materi berikutnya ke: ridlo.gtlo@gmail.com. Setiap tugas yang masuk dianggap sebagai nilai absensi.
**SELAMAT BEKERJA**

Jumat, 09 Oktober 2009

BAHASA VERBAL vs NON-VERBAL

Sebagai makhluk sosial setiap manusia saling berhubungan, untuk itulah diperlukan komunikasi. Dalam berkomunikasi manusia mengembangkan berbagai cara. Meskipun begitu proses komunikasi yang dilakukan ternyata cukup rumit dipahami.

GUNUNG ES KOMUNIKASI
a.Aspek Komunikasi Yang Dapat Diamati (Terlihat) Observable
1.interactants yaitu orang yang terlibat dalam proses komunikasi, baik sebagai pengirim dan penerima
2.simbol yaitu sesuatu yang mewakili sesuatu bisa berwujud huruf, angka, kata, objek, orang atau tindakan
3.media yaitu sarana yang dipakai dalam proses komunikasi

b.Aspek Komunikasi Yang Tidak Dapat Diamati (largely Unobservable)
1.meaning yaitu penciptaan arti dari simbol-simbol komunikasi yang kita buat
2.learning yaitu kecenderungan manusia dalam merespon pesan tertentu
3.subjectivity yaitu setiap manusia dikatakan unik dan memberi makna yang berbeda-beda terhadap suatu pesan, anehnya komunikasi antar manusia tetap bisa berjalan. Ini sangat terkait dengan pengartian makna berdasar pengalaman masing-masing
4.negoitiation yaitu manusia selalu mampu melakukan negosiasi dengan kemampuan adaptif yang menakjubkan
5.culture yaitu setiap saat kita belajar dari dan dengan orang lain. Pengaruh ini bisa datang dari orang lain, kelompok, organisasi dan masyarakat
6.interacting levels and context yaitu perjalanan komunikasi manusia dalam berbagai konteks dan berbagai tingkatan baik individu, antarindividu, kelompok, organisasi dan masyarakat
7.self-fererence yaituhal-hal yang kita katakan, kerjakan dan intepretasikan kata-kata dan tindakan orang lain adalah refleksi dari pengalaman, kebutuhan dan harapan kita sendiri.
8.Self-reflexivity yaitu adanya kemampuan kesadaran diri sendiri
9.Inevitability yaitu bahwa manusia tidak dapat tidak pasti berkomunikasi.

KOMUNIKASI VERBAL & NON-VERBAL

A.KOMUNIKASI VERBAL
Komunikasi verbal adalah komunikasi dengan menggunakan simbol-simbol verbal. Simbol verbal bahasa merupakan pencapaian manusia yang paling impresif. Saat ini terdapat 10.000 bahasa dan dialek digunakan seluruh manusia di dunia. Setiap bahasa memiliki aturan-aturan :
1.fonologi yaitu cara bagaimana suara dikombinasikan untuk membentuk kata
2.sintaksis yaitu cara bagaimana kata dikombinasikan hingga membentuk kalimat
3.semantik yaitu arti kata
4.pragmatis yaitu bagaimana cara bahasa digunakan

Bagaimana Kemampuan Berbahasa Muncul
Ada dua teori yang menjelaskan hal ini yaitu teori belajar dari behaviorisme dan teori nativisme dari Noam Chomsky.
Menurut teori belajar anak-anak memperoleh pengetahuan bahasa melalui tiga proses : asosiasi yaitu melazimkan suatu bunyi dengan objek tertentu, imitasi yaitu menirukan pengucapan dan struktur kalimat yang didengar dan peneguhan yang merupakan ungkapan kegembiraan yang dinyatakan ketika anak mengucapkan kata-kata itu dengan benar.
Menurut Chomsky, teori belajar di atas tidak dapat menjelaskan fenomena belajar bahasa. Menurutnya, setiap anak mampu menggunakan suatu bahasa jarena adanya pengetahuan bawaan yang telah diprogram secara genetik dalam otak kita. Ini disebut LAD (language Acquisition Device). LAD tidak mengandung kata, arti atau gagasan, tetapi hanyalah suatu sistem yang memungkinkan manusia menggabungkan komponen-komponen bahasa. Walaupun bentuk luar bahasa di dunia ini berbeda-beda, bahasa-bahasa itu memiliki kesamaan dalam struktur pokok yang mendasarinya. Dia menyebut sebagai linguistic universal

Bahasa menampilkan elemn-elemn di dunia secara simbolis, ada yang kongkret dan ada yang abstrak. Ada keterkaitan yang erat antara bahasa dan realitas. Menurut teori principle of linguistic relativity bahasa menyebabkan kita memandang realitas sosial dengan cara tertentu. Salah satu teori terkenal adalah teori Whorf. Yaitu menyatakan bahwa pandangan kita tentang dunia dibentuk oleh bahasa, karena bahasa berbeda, maka pandangan kita tentang dunia pun berbeda. Secara selektif, kita menyaring data sensori yang masuk seperti yang telah diprogram oleh bahasa yang kita pakai. Dengan begitu, amsyarakat yang menggunakan bahasa yang berbeda hidup dalam dunia sensori yang berbeda pula.
Whorf juga menjelaskan, kategori gramatikal suatu bahasa menunjukkan kategori kognitif daro pemakai bahasa itu. Artinya, kita memebrikan makna kepada apa yang kita lihat, yang kita dengar atau yang kita rasa sesuai dengan kategori-kategori yang ada dalam bahasa kita.
Dalam menyajikan realitas, bahasa mempunyai tiga keterbatasan :
1.prinsip non-identfy (A is not A)
2.prinsip non-allness (A is not all A)
3.prinsip self reflexitveness

B. KOMUNIKASI NONVERBAL
Ray Birdwhistell mengatakan hanya 30-35 % komunikasi manusia dilangsungkan melalui kata-kata (verbal) dan selebihnya dengan cara-cara nonverbal, Dale Leathers menyebutkan enam alasan penting dari pesan nonverbal yaitu :
1.Faktor nonverbal sangat menetukan makna dalam KAP
2.Lebih cermat dalam penyampaian perasaan dan emosi
3.Relatif bebas dari penipuan, distorsi dan kerancuan
4.Mempunyai fungsi metakomunikatif untuk komunikasi berkualitas tinggi
5.Lebih efesien dibanding verbal
6.Merupakan saran sugesti yang paling tepat

Fungsi Pesan Nonverbal menurut Mark L. Knapp :
1.repetisi
2.substitusi
3.komplemen
4.kontradiksi
5.aksentuasi
Klasisfikasi Pesan Nonverbal :
1.paralanguage : bentuk vokalik dan tertulis
2.appearence
3.gestura
4.haptik atau sentuhan
5.proksemik
6.kronemik

Tugas:
1.Buatlah sebuah table yang berisi tentang perbedaan antara Aspek komunikasi yang dapat diamati dengan Aspek komunikasi yang tidak dapat diamati.
2.Buatlah sebuah table yang membedakan antara bahasa Verbal vs Bahasa Non-Verbal,
3.Menurut Anda, dalam keseharian kita, lebih banyak manakah yang sering kita gunakan antara bahasa Verbal dengan bahasa Non-verbal? Jelaskan penjelasan Anda.

Waktu tugas selama satu minggu, sampai ada postingan materi berikutnya ke: ridlo.gtlo@gmail.com. Setiap tugas yang masuk dianggap sebagai nilai absensi.
**SELAMAT BEKERJA**

Sabtu, 03 Oktober 2009

MENGENAL PSIKOLOGI KOMUNIKASI

Dalam konsep ilmu Komunikasi, keterkaitan psikologi memang tidak bisa ditinggalkan. Bahkan para Bapak Komunikasi tiga diantaranya adalah pakar psikologi, Kurt Lewin, Paul Lazarzfeld dan Carl I Hovland. Meskipun demikian, komunikasi bukanlah subdisiplin psikologi. Komunikasi sebagai sebuah ilmu tersendiri memang menembus banyak disiplin ilmu.
Bagaimanapun komunikasi merupakan bagian yang essensial buat pertumbuhan kepribadian manusia seperti disebutkan oleh Ashley Montagu. Dan komunikasi amat erat kaitannya dengan perilaku dan pengalaman kesadaran manusia. Karenanya komunikasi selalu menarik minat psikolog.
Dalam psikologi komunikasi mempunyai makna yang sangat luas, meliputi segala penyampaian energi, gelombang suara, tanda diantara tempat, sistem atau organisme. Kata komunikasi sendiri dipergunakan sebagai proses, sebagai pesan, sebagai pengaruh atau secara khusus sebagai pesan pasien dalam psikoterapi. Jadi psikologi komunikasi adalah ilmu yang berusaha menguaraikan, meramalkan dan mengendalikan peristiwa mental dan behavioral dalam komunikasi. Peristiwa mental adalah internal mediation of stimuli sebagai akibat berlangsungnya komunikasi (Fisher) Sementara peristiwa behavioral adalah apa yang nampak ketika orang berkomunikasi.
Komunikasi adalah sebuah peristiwa sosial –peristiwa yang terjadi ketika manusia berinteraksi dengan manusia lain, dan mencoba menganalisa peristiwa soail secara psikologis membawa kita pada psikologi sosial. Karena itu pendekatan psikologi sosial adalah juga pendekatan psikologi komunikasi.

Lingkup Psikologi Komunikasi

Psikologi komunikasi berkaitan dengan bagaimana mencapai komunikasi yang efektif dalam interaksi manusia. Untuk itu maka memahami manusia memang menjadi kemutlakan jika kita ingin berhasil/efektif dalam berkomunikasi dengan manusia lain.
A.karakteristik Komunikasi
1.Ciri khas proses komunikasi :
a.Komunikasi itu proses yang dinamis
b.Komunikasi itu tak bisa diulang atau diubah
2.Fungsi Komunikasi
a.Memahami diri sendiri dan orang lain
b.Memapankan hubungan yang bermakna
c.Mengubah sikap perilaku
3.Lima Aksioma Komunikasi
a.Aksioma satu : Anda tidak dapat tidak berkomunikasi
b.Aksioma dua : Setiap interaksi memiliki dimensi isi dan hubungan
c.Aksioma tiga : Setiap interaksi diartikan oleh bagaimana para pelaku interaksi menjelaskan kejadian
d.Aksioma empat : Pesan itu bersifat digital dan analog
e.Aksioma lima : Pertukaran komunikasi bersifat simetrik dan komplementer

Teori Psikologi Tentang Manusia

Karena psikologi komunikasi berkaitan dengan bagaimana mencapai komunikasi yang efektif dalam interaksi manusia maka menjadi penting untuk diketahui tentang manusia itu sendiri. Setiap manusia mengandung misteri kehidupannya masing-masing. Untuk itu, keempat teori psikologi tentang manusia menjadi penting.

a.Psikoanalisis
Sigmund Freud, pendiri psikoanalisis memfokuskan perhatian kepada totalias kepribadian manusia, bukan pada bagian-bagiannya yang terpisah. Menurutnya, perilaku manusia merupakan hasil interaksi tiga subsistem dalam kepribadian manusia Id, Ego, dan Superego. Id adalah bagian kepribadian yang menyimpan dorongan biologis manusia –pusat instink (hawa nafsu) yaitu :
1.libido yaitu instink reproduktif yang menyediakan energi dasar untuk kegiatan-kegiatan manusia yang konstruktif (bhs. lain eros yaitu tidak sekadar dorongan seksual tapi juga segala hal yang mendatangkan kenikmatan seperti kasih ibu, pemujaan pada Tuhan dan cinta diri)
2.thanatos yaitu instink destruktif dan agresif
Ego adalah jembatan tuntutan Id dengan realitas dunia luar, sebagai mediator antara hasrat-hasrat hewani dengan tuntutan rasional dan realistik. Sementara superego adalah hati nurani yang merupakan internalisasi dari norma-norma sosial dan kultural masyarakatnya. Ia memaksa ego untuk menekan hasrat-hasrat yang tak berlainan ke alam bawah sadar.

b.Behaviorisme
Lahir sebagai reaksi terhadap instropeksionisme (yang menganalisa jiwa manusia berdasarkan laporan-laporan subjektif) dan juga psikoanalisis. Behaviorisme hanya ingin menganalisa perilaku yang tampak saja, yang dapat diukur, dilukiskan dan diramalkan. Karenanya sering disebut sebagai teori Belajar. Belajar artinya perubahan perilaku organisme sebagai pengaruh lingkungan. Ia tidak mau mempersoalkan apakah manusia baik atau jelek, rasional atau emosional, tapi hanya ingin mengetahui bagaimana perilakunya dikendalikan oleh faktor-faktor lingkungan. Dari sini muncul istilah homo mechanicus.

c.Kognitivisme
Disini muncul paradigma baru bahwa manusia tidak lagi dipandang sebagai makhluk yang bereaksi secara pasif pada lingkungan tapi sebagai makhluk selalu memahami lingkungannya, makhluk yang selalu berpikir (homo sapiens). Sebagai contoh, apakah penginderaan kita melalui pengalaman langsung, sanggup memberikan kebenaran. Kemampuan alat indera kita dipertanyakan karena seringkali gagal menyajikan informasi yang akurat.
Rasionalisme ini tampak jelas pada aliran Gestalt, manusia tidak memberikan respon kepada stimuli secara otomatis. Manusia adalah organisme aktif yang menafsirkan dan bahkan mendistorsi lingkungan.

d.Humanisme
Dari teori sebelumnya baik behaviorisme yang menyatakan manusia hanyalah mensin yang dibentuk oleh lingkungan dan psikoanalisis yang menyatakan manusia melulu dipengaruhi oleh naluri primitifnya, keduanya tidak menghormati manusia sebagai manusia. Keduanya tidak menjelaskan aspek eksistensi manusia yang positif dan menentukan, seperti cinta, kreatifitas, nilai dan makna serta pertumbuhan pribadi. Inilah yang diisi oleh psikologi humanistik.
Psikologi Humanisme ini mengambil banyak dari psikoanalisis NeoFreudian (sebenarnya Anti-Freudian) tetapi lebih banyak menhambil dari fenomonologi dan eksistensialisme. Hal lain yang membedakan adalah perhatian terhadap makna kehidupan. Manusia bukan saja seorang pelakon dalam panggung masyarakat, bukan saja pencari identitas, tetapi juga pencari makna.

Faktor-Faktor Personal Yang Mempengaruhi Perilaku Manusia

1.Faktor biologis
2.Faktor sosiopsikologis
3.Motif sosiogenis seperti motif ingin tahu, motif kompetensi, motif cinta, motif harga diri dan kebutuhan untuk mencari identitas, kebutuhan akan nilai, kedambaan dan makna kehidupan dan terakhir motif akan pemenuhan diri
4.Sikap
5.Emosi
6.Kepercayaan
7.Kebiasaan
8.Kemauan
Faktor-Faktor Situasional Yang Mempengaruhi Perilaku Manusia
1.Faktor ekologis
2.Faktor rancangan dan arsitektural
3.Faktor temporal
4.Suasana perilaku
5.Teknologi
6.Faktor-faktor sosial
7.Lingkungan psikososial
8.Stimuli yang mendorong dan memperteguh perilaku

Tugas:
1.Jelaskan menurut Anda pengertian tentang ilmu psikologi komunikasi.
2.Apa yang Anda pahami mengenai teori?
3.Jelaskan secara ringkas pengertian teori-teori sebagai berikut: Psikoanalisis, Behaviorisme, Kognitivisme, dan Humanisme
4.Apa membedakan antara faktor personal dengan faktor situasional yang mempengaruhi manusia?

Waktu tugas selama satu minggu, sampai ada postingan materi berikutnya ke: ridlo.gtlo@gmail.com. Setiap tugas yang masuk dianggap sebagai nilai absensi.
**SELAMAT BEKERJA**