HOME SMT I SMT II SMT III SMT IV SMT V SMT VI SMT VII SMT VIII

Kamis, 10 Desember 2009

KOMUNIKASI MASSA

I. Hubungan Komunikasi Massa Dengan Komunikasi Interpersonal
Th. 1966, Elihu Katz dan Paul Lazarfeld mempublikasikan Personal Influence, yang menejelaskan hubungan antara komunikasi massa dan komunikasi interpersonal. Mereka menggambarkan komunikasi interpersonal sebagai variabel intervening (perantara) antara media massa dan perubahan perilaku.
Hubungan lain antara komunikasi massa dan komunikasi interpersonal dapat dilihat pada pemikiran Everett Rogers dalam Difussion of Innovations (1962). Rogers menjelaskan antara peran ang saling melengkapi antara saluran media massa dan komunikasi interpersonal ketika seseorang memutuskan untuk menerima atau menolak inovasi.
Hubungan ketiga antara komunikasi massa dengan komunikasi interpersonal dapat dilihat pada efek sosialisasi dari media massa. Media massa adalah salah satu sumber tempat orang belajar tentang masyarakat sekitarnya. Dalam hal ini media massa mempengaruhi cara orang berhubungan satu sama lain dalam tingkat interpersonal.

II. Pengaruh Media Pada Individu
Sudah dipahami bersama bahwa media memang berpengaruh terhadap individu, yang menjadi permasalahannya adalah seberapa besar dan kuatkah pengaruh media pada individu? Benarkah bahwa media demikian kuatnya berpengaruh pada individu?
Banyak kasus yang menunjukkan bahwa media berpengaruh besar terhadap individu misalnya kasus perkosaan yang dimuat di media massa merangsang orang yang menontonnya untuk juga melakukan kejahatan yang sama. Kasus cerita-cerita di film yang memberikan inspirasi pada penontonnya untuk meniru apa yang mereka lihat di film tersebut, dan masih banyak kasus lain yang menimbulkan kekhawatiran banyak pihak tentang bahaya media massa.
Konsep atau pandangan yang demikian tentang media mendominasi dunia komunikasi selama beberapa dekade sampai kemudian muncul penelitian baru yang memberikan beberapa catatan khusus tentang keampuhan media.
Penelitian tersebut menemukan bahwa media tidak berpengaruh secara merata kepada semua orang. Ada yang terpengaruh dengan kuat ada yang tidak terpengaruh. Studi yang dilakukan oleh Hadley Cantril dari Universitas Princeton ini menyimpulkan bahwa daya kritis (critical ability) merupakan variabel paling signifikan berkaitan dengan respons individu terhadap siaran media (radio). Daya kritis didefinisikan secara umum sebagai kapasitas untuk mengambil keputusan intelegensi.
Temuan Cantril ini dengan demikian maju satu langkah dari teori peluru yang berkembang sebelumnya. Studi Cantril menunjukkan bahwa pengaruh itu berbeda, bergantung pada daya kritis dan tingkat pendidikan si anggota khalayak.

III. Efek Media Massa
Buku The effect of Mass Communications karya Joseph Klapper (1960) menunjukkan bahwa faktor-faktor sosial dan psikologis “memperantarai” efek langsung media massa. Serangkaian faktor perantara itu adalah proses selektif, proses kelompok, norma kelompok dan opinion leader.
Sementara itu McQuail merangkum penelitian yang ada tentang efek sebagia berikut:
1. Bila efek terjadi, maka efek itu sering berbentuk peneguhan dari sikap dan pendapat yang ada
2. Efek itu berbeda-beda tergantung pada prestise atau penilaian terhadap sumber komunikasi
3. Makin sempurna monopoli komunikasi massa, makin besar kemungkinan perubahan pendapat dapat ditimbulkan pada arah yang dikehendaki
4. Sejauh mana suatu persoalan dianggap penting oleh khalayak akan mempengaruhi kemungkinan pengaruh media massa
5. Pemilihan dan penafsiran isi oleh khalayak dipengaruhi oleh pendapat, kepentingan yang ada serta norma kelompok
6. Struktur hubungan interpersonal pada khalayak mengantarai arus isi komunikasi, membatasi dan menentukan efek yang terjadi.

KOMUNIKASI KELOMPOK

I. Klasifikasi Kelompok
A. Kelompok Primer dan Kelompok sekunder
Dalam waktu yang bersamaan mungkin saja seseorang terlibat dalam lebih dari satu kelompok. Diantara kelompok tersebut ada yang hubungannya lebih akrab, lebioh pribadi dan lebih menyentuh hati. Maka itulah yang disebut sebagai kelompok primer. Sedangkan kelompok sekunder adalah kebalikannya, dimana dalam kelompok ini hubungan satu sama lain tidak akrab, impersonal dan tidak menyentuh hati.
Perbedaan kedua kelompok ini bisa dilihat dari kualitas komunikasinya, yaitu:
1. Kualitas komunikasi pada kelompok primer lebih dalam dan luas, sedangkan dalam kelompok sekunder lebih dangkal dan sempit. Dalam artinya lebih bisa menembus wilayah pribadi dan luas lebih bisa mengatasi hambatan-hambatan komunikasi yang ada
2. Komunikasi pada kelompok primer bersifat pribadi, unik dan tidak dapat dipindahkan. Sedang pada kelompok sekunder, komunikasi berjalan secara impersonal
3. Komunikasi pada kelompok primer lebih menekankan aspek hubungan daripada aspek isi.
4. Pada kelompok primer, komunikasi bersifat ekspresif dan informal. Sedangkankan komunikasi sekunder lebih bersifat instrumental dan formal

B. Ingroup dan Outgroup
Ingroup merupakan kelompok dalam dan outgroup adalah kelompok luar. Ingroup dapat berupa kelompok primer maupun sekunder. Kelompok dalam adalah satuan sosial dimana individu menjadi bagain di dalamnya. Sedangkan kelompok luar adalah sebaliknya.

C. Kelompok Keanggotaan dan Kelompok Rujukan
Kelompok rujukan merupakan kelompok yang digunakan sebagai alat ukur (standard) untuk menilai diri sendiri atau untuk membentuk sikap. Sedangkan kelompok keanggotaan adalah kelompok yang terikat dengan kita secara nominal.

D. Kelompok Deskriptif dan Kelompok Preskriptif
Kelompok deskripstif dilihat melalui proses pembentukan alamiah dari kelompok yang bersangkutan. Sedangkan kelompok yang masuk kategori preskriptif dilihat berdasarkan langkah-langkah rasional yang harus dilewati oleh anggota kelompok untuk mencapai tujuannya.
Berikut adalah kelompok-kelompok yang masuk kategori deskriptif:
1. Kelompok sepintas
2. Kelompok katarsis
3. Kelompok belajar
4. Kelompok pembuat kebijaksaan
5. Kelompok aksi
6. Kelompok pertemuan
7. Kelompok penyadar
Sedangkan kelompok-kelompok yang masuk kategori preskriptif adalah:
1. Diskusi meja bundar
2. Simposium
3. Diskusi panel
4. Forum
5. Kolokium
6. Prosedur parlementer

II. Pengaruh kelompok pada Perilaku Komunikasi
Kelompok berpengaruh dalam tiga hal:
1. Konformitas adalah perubahan perilaku atau kepercayaan menuju (norma) kelompok sebagai akibat tekanan kelompok; yang nyata atau yang dibayangkan. Faktor-faktor yang mempengaruhi konformitas merupakan interaksi antara faktor personal dan situasional. Yang termasuk faktor personal: Usia, jenis kelamin,stabilitas emosional,otoritarianisme,kecerdasan dan motivasi. Sedangkan faktor situasional antara lain kejelasan situasi, konteks situasi, cara menyampaikan penilaian, karakteristik sumber pengaruh, ukuran kelompok dan tingkat kesepakatan kelompok.
2. Fasilitasi Sosial adalah kondisi prestasi individu yang meningkat karena disaksikan kelompok. Fasilitasi menunjukkan kelancaran atau peningkatan kualitas kerja karena ditonton kelompok.
3. Polarisasi. Ada kecenderungan orang justru membuat keputusa lebih berani ketika mereka ada dalam kelompok. Gejala ini disebut sebagai ‘geseran resiko”, lebih tepat lagi jika gejala ini merujuk pada gejala yang lebih umum yaitu geseran menuju polarisasi, yaitu kecenderungan ke arah posisi yang ekstrim.

HUBUNGAN INTERPERSONAL

Deskripsi
Komunikasi yang efektif diatandai dengan hubungan interpersonal yang baik. Ketika kita berkomunikasi, kita bukan sekedar menyampaikan isi pesan, tetapi kita juga menentukan kadar hubungan interpersonalnya. Jadi ketika kita berkomunikasi kita tidak hanya menentukan content melainkan juga menentukan relationship.
Dari segi psikologi komunikasi, kita dapat menyatakan bahwa makin baik hubungan interpersonal, makin terbuka orang untuk mengungkapkan dirinya; makin cermat persepsinya tentant orang lain dan persepsi dirinya;sehingga makin efektif komunikasi yang berlangsung diantara komunikan.
I. Jenis Hubungan Interpersonal
Hubungan interpersonal dapat diklasifikasikan berdasarkan faktor-faktor berikut:
1. Berdasarkan jumlah individu yang terlibat:
 Hubungan diad
Merupakan hubungan atara dua individu. Kebanyakan hubungan kita dengan orang lain bersifat diadik. William Wilmot mengemukakan beberapa ciri khas hubungan diad:
a. Setiap hubungan diad memiliki tujuan khusus
b. Individu dalam hubungan diad menampilkan wajah yang berbeda dengan ‘wajah’ yang ditampilkannya dalam hubungan diad yang lain.
c. Pada hubungan diad berkembang pola komunikasi (termasuk pola berbahasa) yang unik/khas yang akan membedakan hubungan tersebut dengan hubungan diad yang lain.
 Hubungan Triad
Merupakan hubungan antara tiga orang. Dibandingkan hubungan diad, hubungan triad:
a. Lebih kompleks
b. Tingkat keintiman/kedekatan anatarindividu lebih rendah, dan
c. Keputusan yang diambil lebih didasarkan voting atau suara terbanyak (dalam hubungan diad, keputusan diambil melalui negosiasi).
2. Berdasarkan tujuan yang ingin dicapai:
 Hubungan Tugas
Merupakan sebuah hubungan yang terbentuk karena tujuan menyelesaikan sesuatu yang tidak dapat dikerjakan oleh individu sendirian. Misalnya hubungan antara pasien dengan dokter, hubungan mahasiswa dalam kelompok untuk mengerjakan tugas, dan lain-lain.
 Hubungan Sosial
Hubungan yang tidak terbentuk dengan tujuan untuk menyelesaikan sesuatu. Hubungan ini terbentuk baik secara personal dan sosial (social relationship). Sebagai contoh adalah hubungan dua sahabat dekat, hubungan dua orang kenalan saat makan siang dan sebagianya.
3. Berdasarkan Jangka waktu:
 Hubungan jangka pendek
Merupakan hubungan yang sementara sifatnya, hanya berlangsung sebentar. Misalnya hubungan antara dua orang yang saling menyapa ketika bertemu di jalan.
 Hubungan Jangka Panjang
Hubungan ini berlangsung dalam waktu yang lama. Semakin lama suatu hubungan semakin banyak investasi yang ditanam didalamnya (misalnya berupa emosi atau perasaaan, materi, waktu, komitmen dan sebagainya) Dan karena investasi yang ditanam itu banyak maka semakin besar usaha kita untuk mempertahankannya.
4. Berdasarkan tingkat kedalaman atau keintiman;
 Hubungan Biasa
Meruapakan hubungan yang sama sekali tidak dalam atau intim. Pola-pola komunikasi yang berkembang sifatnya impersonal atau ritual.
 Hubungan akrab/intim
Bersifat personal dan terbebas dari hal-hal yang ritual. Hubungan ini ditandai dengan penyingkapan diri (self-disclosure). Makin intim suatu hubungan, makin besar kemungkinan terjadinya penyingkapan diri tentang hal-hal yang sifatnya pribadi.
Hubungan intim terkait dengan jangka waktu: keintiman akan tumbuh pada jangka panjang. Karena itu hubungan intim akan cenderung dipertahankan karena investasi yang ditanamkan individu di dalamnya dalam jangka waktu yang lama telah banyak.

II. Perkembangan Hubungan Interpersonal
Apapun bentuk hubungan yang terjadi, dinamika sebuah hubungan interpersonal akan tumbuh, berkembang dan berakhir.
Menurut Ruben, taha -tahap hubungan interpersonal akan meliputi;
1. Inisiasi, merupakan tahap paling awal dari suatu hubungan interpersonal. Pada tahap ini individu memperoleh data mengenai masing-masing melalui petunjuk nonverbal seperti senyuman, jabatan tangan, pandangan sekilas, dan gerakan tubuh tertentu.
2. Eksplorasi. Tahap ini merupakan pengembangan dari tahap inisiasi dan terjdai tidak lama sesudah inisiasi. Disini mulai dijajaki potensi yang ada dari setiap individu serta dipelajari kemungkinan-kemungkinan yang ada dari suatu hubungan.
3. Intensifikasi. Pada tahap ini, individu harus memutuskan—baik secara verbal maupun nonverbal-- apakah hubungan akan dilanjutkan tau tidak.
4. Formalisasi. Dalam perkembangannnya hubungan yang telah berjalan itu perlua diformalkan. Pada tahap ini tiap-tiap individu secar bersama mengembangkan simbol-simbol, pola-pola komunikasi yang disukai, kebiasaan dan lain sebagainnya. Contoh hubungan dua orang berpacaran diformalkan dengan tukar cincin. Hubungan jual beli diformalkan dengan penandatanganan akta jual beli dan sebagainya.
5. Redefinisi. Sejalan dengan waktu individu tidak dapat menghindarkan diri dri perubahan. Perubahan ini mampu menciptakan tekanan terhadap hubungan yang tengah berlangsung. Konsekuensinya adalah individu perlu mendefinisikan kembali hubungan yang sedang dijalankan.
6. Deteriorasi. Kemunduran atau melemahnya suatu hubungan kadang tidak disadari oleh mereka yang terlibat dalam hubungan tersebut. Jika kemunduran yang terjadi itu tidak segera diantisipasi maka bukan tidak mungkin hubungan yang terbentuk itu akan mengalami kehancuram.

Satu hal yang perlu diingat adalah tidak semua hubungan yang terbentuk harus melewati keenam tahapan diatas. Atau bisa saja satu hubungan melewati keenamnya sementara hubungan yang lain hanya melewati tiga dari enam tahapan tersebut.
Mark Knapp mengemukakan pendapatnya tentang tahapan perkembangan sebuah hubungan interpersonal:
1. Inisiasi:tahap awal yang dicirikan dengan sedikit pembicaraan
2. Eksperimen:suatu tahap dimana para individumulai mencari informasi lebih banyak tentang individu lain.
3. Intensifikasi: sama dengan yang dikemukakan Ruben
4. Integrasi: tahap yang menumbuhkan perasaan bersama; individu merasa sebagai satu kesatuan, bukan lagi individu yang berbeda
5. Pertalian atau ikatan:suatu tahap dimana individu secara formal meneguhkan hubungan mereka.

Sementara itu Jalaluddin Rakhmat, meringkas perkembangan hubungan interpersonal itu menjadi tiga tahap saja:
1. Pembentukan hubungan.
Tahap ini sering disebut sebagai tahap perkenalan (acquintance process). Fokus pada tahap ini adalah proses penyampaian dan penerimaan informasi dalam pembentukan hubungan. Informasi yang diperoleh tidak selalu melalui komunikasi verbal melainkan juga melalui komunikasi nonverbal.
2. Peneguhan hubungan
Hubungan interpersonal tidak bersifat statis tetapi selalu berubah. Untuk memelihara dan memperteguh hubungan interpersonal diperlukan tindakan-tindakan tertentu untuk mengembalikan keseimbangan. Ada empat faktor penting untuk memelihara keseimbangan, yaitu keakraban, kontrol,respons yang tepat dan nada emosional yang tepat.
3. Pemutusan hubungan
Suatu hubungan interpersonal yang paling harmonis sekalipun dapat mengalami pemutusan hubungan, mungkin karena kematian, mungkin karena konflik yang tidak terselesaikan dan sebagainya.

III. Pola-pola Relasional
Ketika suatu hubungan terbentuk, berkembang pula pola-pola komunikasi yang merupakan hasil dari aturan yang diterapkan para partisipan.
Ruben menyebutkan ada empat pola relasional:
1. Suportif dan Defensif
Sikap suportif merupakan sikap yang mendukung komunikasi interpersonal; sebaliknya dengan sikap defensif.
2. Tergantung (dependen) dan tidak tergantung (independen)
Hubungan yang beriklim dependen dicirikan jika salah satu individu sangat tergantung pada individu lainnya, misalnya karena dukungan, uang, pekerjaan, kepemimpinan, petunjuk dan sebagianya. Sebaliknya dalam hubungan yang independen, seorang individu secara bebas dapat menyatakan ketidaksepakatan, ketidaksetujuan dan penolakan pada individu lainnya.
3. Progresif dan Regresif.
Hubungan yang progresif adalah hubungan yang ditandai dan menimbulkan kepuasan serta harmoni. Sebaliknya dengan regresif: hubungan tetap berkembang, namun mengarah atau menimbulkan ketidakpuasan dan ketidakharmonisan.
4. Self-fulfilling dan self-defeating prophecies
Pola hubungan yang dipengaruhi oleh harapan dari pihak-pihak yang terlibat. Jika harapan kita terpenuhi dalam hubungan tersebut maka kita akan bersikap positif terhadap hubungan tersebut, sebaliknya jika harapan kita tidak teropenuhi maka kita akan bersikap negatif terhadap hubungan tersebut.

IV Faktor-Faktor yang mempengaruhi pola hubungan interpersonal
Ruben mengemukakan beberapa faktor yang mempengaruhi terbentuknya pola-pola komunikasi interpersonal sebagai berikut:
1. Tingkat hubungan dan konteks
Pola yang berkembang akan berbeda pada tingkat komunikasi yang biasa dengan yang intim. Begitu juga konteks akan menentukan pola komunikasi yang tercipta misal di mall yang ramai atau di taman yang sepi.
2. Kebutuhan interpersonal dan gaya komunikasi
3. Kekuasaan
4. Konflik
Sementara itu Jalaluddin Rakhmat menyebutkan tiga faktor yang mempengaruhi terbentuknya pola komunikasi dalam hubungan interpersonal:
1. Percaya (trust). Percaya menentukan efektivitas komunikasi dan dapat meningkatkan kadar komunikasi interpersonal yang terbentuk.
2. Sikap suportif
3. Sikap terbuka